Jumat, 30 Agustus 2013

TENTANG TRAINING MABA USN KAMPUS II LASUSUA


 Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Sebelum blak blakan  di Blog ini, Admin mau berdo'a dulu

“ Ya Allah, Jadikanlah artikel sok pintar ini bermamfaat bagi orang yang membacanya, tunjukkanlah kebenarannya dan luruskanlah kesalahannya agar dapat bermanfaat dan diterima. Amin”


Bukannya Admin mau sok pintar, tapi Admin pernah mendengar dari dosen Admin, bahwa mahasiswa itu harus kritis, makanya Admin mau kritk sedikit saja. Jadi Admin mohon maaf kalau cap cip cup ini kontradiktif dengan realtas yang ada.

Hemmmmm...................
Saya mau bilang apa ya??? (Bingung)
HEHEHEHEHE
Kalau saya memperhatikan (cieeeeeeeeee,,,,,, ternyata,  saya perhatian juga ya...!) pelaksanaan training maba USN kampus II Lasusua, mulai dari angkatan pertama (sebut saja angkatan pertama karena saya juga kurang tau, angkatan pertama di USN kampus II lasusua di OSPEK atau tidak yaaa ?) sampai dengan sekarang (TA 2013/2014) sudah 3 kali mengganti nama. Kalau saya tidak salah,  nama pertama untuk training Mahasiswa Baru (Maba)  adalah OSPEK (Orientasi Studi Pengenalan Kampus) kemudian training maba TA 2012/2013 diganti menjadi OMAR (Orientasi Mahasiswa Baru), kemudian Tahun ini (TA 2013/2014) diganti lagi menjadi MATRA Maba (Masa Training MAhasiswa Baru).
Yang jadi pertanyaannya, kenapa harus diganti-ganti gitu ya ???
Mungkin Panitianya mau tampil beda...
Mungkin Panitianya kreatif...
Atau mungkin Panitia mau menyesuaikan nama training maba ini dengan kegiatan yang dilakukan.
Mari kita telusuri... ! (keyak jalanan aja mau di telusuri segala) HEHEHEHEHE Lagi....
Banyak orang bilang, kalau OSPEK itu identik dengan Penjajahan dan merupakan tradisi/warisan penjajah yang masi merajalela di negeri Indonesia tercinta ini. Itu karena, sampai pada hari ini, OSPEK ini tidak sejalan dengan namanya “ORIENTASI STUDI PENGENALAN KAMPUS”. Yang sudah ikut OSPEK/Training Maba pasti sudah tau apa saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Banyak kegiatan yang tidak jelas tujuannya. Kalau kita membandingkan, nuansa negatifnya lebih kental daripada nuansa positifnya. Nuansa teror mental dan penjajahannya lebih dominan daripada sisi edukatifnya. Kadang calon Maba ( Upsssssss... bukan kadang, tapi sering ya....) calon Maba diperintahkan untuk membawa/membuat sesuatu yang tidak jelas tujuannya.
Contohnya: tas terbuat dari kantong plastik, ikat pinggang dari tali rapiah mirip pakaian adat Papua, topi dari kertas karton, pernak-pernik dari bulu ayam, dan lain-lain sebagainya. Katanya sih agar Calon Maba bisa kreatif. Panitianya kan sudah kreatif jadi wajarlah disuruh buat yang aneh-aneh. (Emangnya masih anak SD disuruh bikin kaya gituan...??? PEACE SENIOR...!!! saya Cuma mau nambah artike di Blog saya).
Apakah dengan telah menyuruh calon Maba melakukan hal-hal seperti itu lantas anda yang sudah bertitel Mahasiswa sudah bisa dikatakan kreatif ??? (Tolong dijawab dengan hati yang jernih dan bukan jawaban dusta !!!).Kalau menurut saya, (ini menurut saya loh, bukan orang lain. Kalau salah, mohon diluruskan) “anda-anda” yang menyuruh calon maba melakukan hal-hal tersebut, itu karena anda hanya ingin menunjukkan tentang kapasitas, kedudukan maupun kekuasaan yang anda miliki sebagai panitia atau senior pada masa training maba berlangsung. Anda sebagai seorang mahasiswa seharusnya mampu membedakan mana  yang harus dan mana yang tidak boleh dijadikan sebagai aktivitas maba selama masa training sehingga mampu memotivasi dan memberikan ide-ide cemerlang yang edukatif dan dapat bermanfaat bagi calon maba maupun orang lain. Contohnya, mengumpulkan dana untuk membantu orang yang kurang mampu, melakukan outbound training, seperti game-game. Kegiatan ini sangat efektif untuk memecah kebekuan antar sesama calon maba maupun dengan seniornya sehingga menjadi kondisi yang akrab tanpa ada jarak dan tidak akan ada pihak yang merasa dilecehkan maupun dirugikan. Metode andardigo juga sangat efektif untuk diterapkan, yaitu melibatkan langsung calon maba terhadap kondisi realitas masyarakat sehingga dapat melatih daya kritisnya.
Aturan pertama yang tidak pernah hilang dalam proses training calon maba khususnya bagi kaum adam adalah “rambut harus pendek”. Kalau mereka yang suka rambut pendek, ya tidak apa-apa, tapi bagaimana dengan mereka yang tidak menyukainya ??? Otomatis mental maupun kepercayaan dirinya akan hilang. (katanya untuk memupuk mental calon maba, kok malah dikurangi ??? Ini sebenarnya termasuk pelanggaran HAM. percuma anda tau HAM itu apa kalau realisasinya tidak ada alias OMDO. (kalau di Akademi Militer atau semacamnya, yaaaa wajar aja memberlakukan peraturan tersebut). Seharusnya, aturan yang akan diterapkan oleh panitia baiknya dibahas bersama-sama dengan calon maba. sama halnya dengan pembentukan Undang-undang. RUU yang ditolak tidak akan dijadikan sebagai aturan/undang-undang, sebaliknya RUU yang disetujui itulah yang dijadikan sebagai aturan/undang-undang. "PERCUMA ATURAN ITU DIBAHAS DENGAN CALON MABA KALO PANITIANYA TERTUTUP/TIDAK MENERIMA MASUKAN".
Yang dibutuhkan orang atau masyarakat itu bukan orang yang cuma pandai beretorika, tapi yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah orang yang perbuatannya relevan dengan retorika positifnya dan disertai dengan iman dan taqwa.  Mengapa dinegara kita Indonesia tercinta ini sudah carut marut, itu karena pemimpin-pemimpinnya hanya beretorika dengan meminjam bait-bait demi bait kata-kata mutiara ketika berdiri didepan public maupun media-media dalam menyampaikan pidatonya tanpa ada realisasi yang jelas-jelas bermanfaat bagi masyarakat. Memang benar kata pepatah, bahwa “orang pintar itu bukan dilihat dari perkataannya tetapi orang pintar itu dilihat dari perbuatannya”
HEHEHEHEHE... SAYA SOK TAU JUGA YA....
Kemudian aturan yang kedua yang sangat-sangat dominan  yang diterapkan oleh panitia training adalah mengadopsi warisan dari penjajah negeri kita yang sangat primitif, jadul bin kolot adalah dimana kaidah-kaidah berdemokrasi itu dihilangkan seolah-olah membungkam mulut para peserta training dengan aturan-aturan yang dibuat sedemikian rupa oleh panitia. Ketika ada peserta training maba yang menyampaikan aspirasinya, meskipun aspirasi itu adalah benar adanya, tapi dengan sikap arogansi yang menjadi sifat para panitia, aspirasi itu kemudian ditolak meskipun aspirasi itu benar-benar efektif dan bermanfaat. Ketika calon peserta training kembali menentang dan menuntut agar aspirasi itu diterima, “panitia seolah-olah bertindak sebagai pengecut dengan mengadu kepada konstitusi tertinggi mereka, yaitu SERTIFIKAT“.

Calon Maba :
“ Apa boleh buat, kami hanyalah suara Adzan yang didengar oleh kaum Kafir, sementara Mereka adalah Malaikat yang tak pernah salah “
OSPEK itu sudah jelas, tapi pelaksanaannya tidak relevan dengan namanya. Yang kurang jelas adalah OMAR dan MATRA. Orientasinya itu untuk apa dan trainingnya itu untuk apa ? Temanya sudah jelas tapi realisasinya masih kurang.
Seandainya Admin juga ikut sebagai panitia, Admin juga pasti akan arogan seperti panitia lainnya, dan seandainya panitia menghilangkan sifat arogannya itu dan bersifat terbuka dan menerima aspirasi yang positif  maka Admin juga akan mengikutinya.
“ Suatu pekerjaan yang dilakukan sendiri-sendiri akan terasa berat, tetapi ketika dilakukan dengan bersama-sama maka pekerjaan itu akan terasa ringan”

LAKUKAN REVOLUSI, HAPUSKAN OSPEK AROGAN !!!
OSPEK AROGAN HANYA MENGHASILKAN CALON-CALON AVENGER
KALAU BUKAN SEKARANG, KAPAN LAGI ?

“ Untuk menjadi  baik tak perlu sama  dengan orang lain, untuk menjadi kampus idola tak perlu mengikuti cara-cara kampus lain “